Hej Stockholm! Välkommen!

Tak pernah terbayang sebelumnya dalam hidup saya jika Stockholm akan menjadi kota di Eropa yang paling banyak saya kunjungi. Bahkan dari sejak kecil mendengar nama Ibu Kota negara Swedia itu pun tidak. Waktu kecil cita-cita saya bisa hidup menetap di Tokyo, di Jepang sampai kesampaian beli buku Bahasa Jepang dan belajar ototidak sewaktu di SMP dan lanjut kursus tiga level sewaktu di bangku kuliah. Anyway mungkin Tuhan berkehendak lain, karena tidak ada di dunia ini yang bisa mengetahui rahasia Ilahi.. 😊
  

 

Saat ini banyak sekali maskapai yang terbang dari Jakarta menuju Stockholm. Mulai dari Emirate yang musti transit di Dubai, Etihad transit di Doha, KLM melalui Amsterdam atau Lufthansa via Frankfrut.
Enaknya memakai maskapai yang sama meskipun harus transit dan ganti pesawat, jadi kita tidak perlu memikirkan bagasi kita, bagasi kita otomatis akan transfer ke pesawat berikutnya. Jadi bagasi yang kita taruh dari bandara Soekarno Hatta di Jakarta akan kita ambil di bandara Arlanda di Stockholm setelah terbang kurang lebih 10.000 km. Canggih bukan?
Dari bandara Arlanda, kita bisa menggunakan beberapa moda transportasi, yang paling mudah menggunakan kereta cepat ke kota yang bernama Arlanda Express. Kereta ini hanya menempuh sekitar 30 menit ke jantung kota Stockholm dan berhenti ke Central Station. Kita juga bisa menggunakan Taxi atau Bus.
Informasi mengenai transportasi cukup mudah dijumpai di bandara. Anda bahkan bisa mengambil brosur tentang transportasi ini di Information Center yang disediakan pihak bandara Arlanda di hall pintu kedatangan, sebelum masuk ke area kereta Arlanda Express.
Di bandara ini kita juga bisa menukar uang yang kita bawa, saya lebih suka membawa Euro ketimbang US dollar untuk ditukar ke mata uang negara setempat yaitu Krona/SEK. Kalau dirupiahkan kurang lebih Rp. 1.500. Salah satu alasan saya memilih Euro karena Swedia ada di benua Eropa yang menggunakan mata uang ini jadi lebih familiar dipakai disini ketimbang US dollar. SEB adalah salah satu jasa penyedia money changer yang ada di bandara Arlanda ini dengan tarif yang lumayan tidak terlalu tinggi.
 
Tergantung dari dimana kita menginap, hotel langganan saya Scandic Grand Central cukup dekat dari stasiun Cental ini hanya berjarak 5 menit dengan jalan kaki.


Kesan pertama yang saya tangkap dari kota ini adalah kecil dan sepi. Tidak banyak gedung-gedung pencakar langit seperti di kebanyakan kota-kota besar seperti Jakarta, Singapore atau Hong Kong. Di kota ini lebih banyak bangunan tua dengan warna-warna gelap, hitam, atau coklat batu bata yang dibangun pada masa abad pertengahan.

Suasana gelap bertambah ketika kita ada di musim gugur di akhir tahun dimana daun-daun mulai rontok dari dahannya, serta waktu siang hari yang semakin sempit. Bayangkan saja pukul 8 pagi masih terasa pukul 5 pagi, dan pukul 5 sore serasa sudah magrib saja.
 


Hari pertama dimana saya menginjakkan kaki pertama di kota ini, begitu beres check in dan istirahat sebentar di hotel, saya menyempatkan keluar menyusuri jalanan Stockholm pada waktu itu masih sore. Di bulan November kala itu suhu berkisar antara 0-5 derajat. Suasana kota agak lengang, mobil berlalu Lalang tetapi tidak sampai macet panjang di jalan Vasagatan. Sore itu saya ingin melihat kota tua yang dalam Bahasa Swedia umum disebut Gamla Stan, kurang lebih hanya 10 menit jalan kaki dari hotel saya di jalan Kungsgatan.  Sebuah pulau yang mengawali sejarah panjang kota Stockholm dan negara Swedia ini dibentuk.
Beberapa minggu sebelum kedatangan saya sempat melihat suasana kota tersebut menggunakan fitur Google Earth jadi kemana saya akan pergi sudah cukup familiar dengan arah jalanan.
“Gamla Stan!! Berdirilah aku disini menemuimu” ucap saya dalam hati. Benar saja siapa yang tidak tertarik dengan kecantikannya. Cantik sepeti gadis remaja yang mempesona dan eksotis dengan warna pastel… (halah). Gamla Stan merupakan kota pulau yang kecil, yang sebelum tahun 1980 mempunyai nama resmi “Staden Mellan Broarna” yang berarti “Kota diantara para jembatans”. Nama pulaunya sendiri sebenarnya adalah Stadsholmen.

Salah satu tempat yang sangat saya ingin tuju adalah Stortorget atau sebuah lapangan kecil dikelilingi dengan bangunan-bangunan yang menjadi ikon kota ini. Untuk mencapai lokasi ini sedikit membuat bingung kalau kita melewati jalan yang salah, karena di komplek kota tua ini banyak sekali lorong-lorong yang membuatnya seperti labirin. Iya bangunan 5-6 lantai dengan warna merah, kuning, hijau dan orange di sekeliling Stortoget itu sudah mengikat hati saya ketika pertama kali melihatnya beberapa bulan ketika masih di Jakarta, melalui mesin pencarian yang kita semua sudah tahu.

Di lapangan kecil dan yang menjadi yang tertua di Stockholm ini, ada beberapa tempat penting seperti Bursa Efeknya Swedia, Nobel Museum, Nobel Library, dan tidak jauh dari lokasi ini terdapat Royal Palace dimana Raja dan Ratu Swedia bertempat tinggal.


Saya menghabiskan waktu di kota tua itu sepanjang sore. Karena hari cepat gelap saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, berjalan kaki dan sendirian. Pulau menawan ini dikelilingi oleh laut yang tenang, beda sekali dengan di Indonesia dengan alam tropis, disini suasana lebih hening, tanpa ombak, dan sepi, seperti seseorang tanpa kekasih hati... :D

"Kalau mau tempat yang ramai dan pusat pertokoan, pergilah ke Drottninggatan street" kata resepsionis hotel sebelum saya beranjak keluar sore tadi. Tempat ini merukapak pedestriannya Stockholm dimana jalan ini tertutup aksesnya untuk mobil. Banyak brand dunia yang membuka toko disini seperti H&M dan Zara. Untuk H&M sendiri di jalan ini ada 2 dan 1 lagi untuk H&M Home. Ada juga brands yang masih satu grup dengan H&M yaitu Weekday dan Monki yang berada disekitar jalan ini.

  
Akhir dari perjalanan sore itu saya tutup dengan membeli Kebab dari kedai Kebab Turki untuk makan malam di hotel yang berada dipersimpangan jalan Vasagatan dan Kungsgatan. Menurut saya persimpangan ini cukup strategis yang lengkap dimana di tiap pojokannya ada hotel tempat saya menginap, kedai Kebab, toko Seven Eleven dan Burger King. Jadi kalau ada perlu tinggal keluar sebentar. Hehe.
 -FY-

Post a Comment

Travelpolitan on Instagram

Copyright © TRAVELPOLITAN. All right reserved.