Travel Story : India part#1 - The Beginning


India.. Pertama kali mendengar kata ini ketika saya masih kecil. Dahulu ada suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh Ellya Khadam dengan lagu "Boneka dari India". Saya sendiri kurang tahu lagu tersebut karena waktu itu masih kecil.
 
Ketika SD, saya termasuk anak kecil yang menyukai sinetron Mahabarata dan Ramayana. Dari situlah saya mengenal India sebatas masa kecil saya.

Dan ternyata mungkin itu salah satu pertanda kecil bahwa suatu saat nanti saya akan pergi ke negeri Hindustan itu.

Dan ternyata pertanda itu terwujud di tahun 2014 lalu ketika saya mendapat undangan meeting untuk para IT di regional Asia untuk meeting tahunan di kota Bangalore di bagian selatan negara India.

Akhir tahun ini saya berturut-turut berpergian ke luar negeri. Dimulai dari bulan September saya pergi ke Manila, Philipina, kemudian di bulan Oktober saya menyelesaikan trip Myanmar saya. Kemudian bulan November ini saya berkesempatan mengunjungi Negara tuan rumah kari dunia, India.
 
Kemegahan Taj Mahal, image [doc pri]
 
Beberapa minggu sebelumnya seperti biasa saya akan menyiapkan persiapan travel, untungnya semua akomodasi akan dipersiapkan oleh bagian Travel di kantor. Jadi mulai booking hotel, pesawat, pick up sudah ada yang handle. Saya tinggal mempersiapkan untuk interview Visa dan mengambil foto. Embassy of India terletak di bilangan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Ya namanya juga jojoba a.k.a jomblo-jomblo bahagia, jadi hidup kurang berkesan ketika tidak menyalurkan hobby untuk mengelayap maka dari empat hari meeting di kantor Bangalore, saya memutuskan untuk melakukan travelling keliling India. Saya pun sempat bertanya kepada beberapa partisipan dari beberapa negara Asia yang ikut meeting ke Bangalore office, beberapa bulan sebelumnya. "Would someone join me to have travelling to another cities in India? It would be a great experience for us."

Ternyata Polash teman saya dari Bangladesh juga tertarik, senangnya hati ini karena tidak menjadi seorang single traveller which is kadang merasa ada bosannya, ketika kita harus banyak diam seharian, menahan untuk tidak ngomong dengan bahasa asalnya. Pengalaman dulu pertama kali ke Eropa selama dua minggu, ngomong pakai bahasa Indonesia  Cuma sewaktu telpon ke Ibu. Sekalinya ngeliat turis berwajah Indonesia langsung kepo-kepoan pengen nyapa dan serasa lebih ada ikatannya.

Seperti kejadian ketika travelling ke Amsterdam, ketika antri stand Febo ada rombongan Ibu-Ibu dan seorang Bapak, dengan ringannya saya langsung menebarkan senyum ke mereka seraya mengucap "Dari Indonesia ya Bu?" "Iya Mas, Mas sendirian saja?" Iya Bu…" dan selang beberapa menit sudah asyik ngobrol kesana kemari sambil menikmati kroket rasa sate ayam untuk mengurangi kerinduan pada selera Nusantara. Febo ini banyak ditemukan di setiap sudut kota Amsterdam yang menawarkan variasi snack semacam kroket dengan berbagai rasa dan dihargai mulai 1.5 Euro - 2.5 Euro. Anyway, ternyata si Bapak satu itu seorang pilot senior Garuda dan sedang mengantarkan Ibu-Ibu ini jalan-jalan di kota Amsterdam.

Karena sudah sepakat akhirnya saya memulai untuk membuat itinerary, jadi akan ada meeting kantor 4 hari di Bangalore, Senin sampai Kamis, jadi saya berencana Jumat untuk keliling Bangalore, Sabtu ke Jaipur, Minggu sehari keliling Agra untuk melihat Taj Mahal, dan Senin ke New Delhi. Wow! Terkesan memaksakan untuk perjalanan satu kota setiap hari? Karena kerjaan tidak bisa ditinggal terlalu lama. Jadi hari Selasa pagi saya akan pulang ke Indonesia dari New Delhi ke Singapura. Kemudian dari Singapura ke Indonesia. Jadi hari Rabu atau Kamis saya sudah bisa masuk kantor lagi di Jakarta. Untuk keberangkatan sendiri saya akan transit ke Singapura.

Tak terlalu banyak pertimbangan, teman kerja saya dari Bangladesh tersebut mengiyakan saja ide itinerary. Walaupun menurut dia bakal menyita banyak tenaga dan waktu tetapi dia merasa tertantang dan menyetujuinya. Untuk usianya yang tak lagi muda saya bisa memakluminya.

Untuk mengurus visa India, kita bisa memulai dengan mengisi form online, kemudian akan dijadwalkan untuk interview dan foto. Karena ini visa bisnis jadi bisa selesai dalam 3 hari kerja. Kalau tidak salah ada harga untuk berapa lama visa akan di proses. Untuk interview dan foto para pencari visa ini diharuskan datang sendiri di kedutaan India bertempat di Mega Kuningan. Dari luar bangunan kedutaan ini seperti rumah besar biasa, begitu sampai di depan kedutaan terlihat antrian panjang sudah mengular untuk antri masuk gerbang. Ada security berjaga-jaga dan para pencari ujian diharapkan menitipkan tas dan bawaannya dan tidak diperbolehkan menyalakan telepon genggam selama proses pengajuan visa.

Setelah urusan visa sudah beres, travel akomodasi sudah siap, materi presentasi sudah selesai, kini hanya tinggal packing. Untuk urusan packing kadang harus dipersiapkan seminggu sebelumnya supaya tidak keburu-buru, banyak case sebelumnya ketika saya tidak bisa memanage packing dengan proper sehingga beberapa kali saya tidak bisa tidur malam karena takut besok paginya tidak bisa bangun, hal ini karena kebanyakan saya mengambil flight-flight jam pagi. Selain itu Senin sampai Jumat pulang kerja sudah malam, jadi tidak akan sempat kalau urusan packing ini tidak di packing.

Hari yang ditunggu sudah tiba, saya berangkat hari Minggu pagi pukul 4:30. Taksi pesanan sudah datang tepat waktu di depan rumah. Sebagai seorang single saya merasa tidak perlu ijin sama tetangga sekeliling, ya anggaplah ini perjalanan dinas biasa yang setiap orang pun bisa melakukannya. Bedanya adalah perjalanan ini cukup panjang dan jauh.

Tak menunggu lama taxi pun sudah menelusuri gelapnya jalan kosong menuju bandara Soekarno Hatta. Kali ini saya akan menaiki Singapore Airline untuk transit beberapa jam di bandara Changi, Singapura.
 
Kenyamanan yang diberikan pihak airport, image [doc pri]
 

Salah satu hal yang menarik untuk perjalanan kali ini adalah karena saya akan bertemu dengan teman dari Cambodia yaitu Piseth. Kami akan menghabiskan beberapa jam berdua di Changi International Airport sebelum akhirnya bersama-sama untuk pergi ke Bangalore untuk meeting bersama.

Saya tak menunggu lama untuk bertemu Piseth, pesawat kami hanya berbeda 1 jam untuk landing di Singapura. Saya ambil seat di dekat gate kedatangan dia. Begitu pesawat landing, saya langsung berdiri melihat orang demi orang yang keluar dari gate tersebut.

Aloha… ternyata dia keluar juga. Dengan menggunakan kemeja pink, blue jeans, membawa tas laptop hitam dan yang membuat saya sedikit geli dia membawa topi koboy sepertinya dia memang berniat untuk tamasya. Hehe.

"Hi brother!! Nice to meet you again!" dia langsung menyapa saya. "Hi Piseth, nice to meet you too, how was the flight?" dan kami pun berpelukan.  Saya akan menghabiskan waktu 8 jam bersama dia karena flight selanjutnya pukul 20:05 malam. Ada banyak hal yang bisa dilakukan sembari menunggu flight yang lama di bandara Changi. Lain kali akan saya share di sini.

Waktu boarding sudah tiba, sudah cukup melelahkan menghabiskan waktu di Changi International Airport mulai makan siang, main game, duduk-duduk relaks, pergi ke taman bunga Matahari, serta melihat-lihat sekeliling bandara yang cukup bersih dengan beberapa ornamen taman dengan ikan-ikan koi, bunga-bunga, semua itu mempercantik bandara keseluruhan dan terlihat dikerjakan begitu profesionalnya.

Kami duduk tidak bersebelahan, karena pesawat malam itu tidak terlalu penuh jadi kami duduk di pinggir jendela, saya di depan, dan dia di belakang. Tiga seat disebelah kami kosong. Lumayan bisa selonjoran kalaupun mau.

Pesawat yang kami tumpangi dari jenis Boing 777-200 twin jet yang akan menempuh waktu kurang lebih 4 jam 30 menit, waktu setempat di Bangalore sekitar pukul 21:55. Sepanjang perjalanan hanya saya habiskan untuk makan malam dan tidur, karena sudah kecapaian seharian beraktifitas, mulai pagi dini hari berangkat dari rumah, hingga transit 8 jam yang cukup menyita tenaga untuk sekedar keliling bandara Changi.

Waktu landing tiba, seperti biasa kami harus menunggu bagasi, melewati imigrasi, menukarkan beberapa ratus uang USD ke Rupee dan memesan taxi dari salah satu konter taxi yang beberapa tersedia di Bangalore International Airport.
Waktu perjalanan dari bandara ke hotel di pusat kota kurang lebih satu jam.

Kali ini saya akan menginap Sheraton Bangalore Hotel yang berada di Brigade Gateway, salah satu pusat business yang ada di kota tersebut. Selama 5 hari kedepan saya akan menginap di sini, ruangan yang dipilih adalah Premier Deluxe non smoking. Karena pada saat ini saya sudah berenti merokok selama 1 bulan, sebuah pencapaian awal saya jadi pemilihan ruangan pun mulai sekarang sudah yang non smoking lagi.

Hotel ini cukup luas, dengan bed ukuran king size, terdapat area kerja dan bath up. Tak menunggu lama karena hari sudah malam dan sangat melelahkan, saya langsung menidurkan diri, tak lupa untuk mensetting jam bekker supaya besok pagi tidak telat masuk ke kantor. Mudah-mudahan besok merupakan hari yang cerah dan semua meeting dan presentasi akan lancer.

Post a Comment

Travelpolitan on Instagram

Copyright © TRAVELPOLITAN. All right reserved.